Sunday, April 6, 2014

Benda-benda pada masa bercocok tanam

Alat yang dibuat dari batu masih kasar maka pada masa bercocok tanam alat-alatnya sudah mulai halus. Berikut ini benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam, antara lain sebagai berikut.

a. Kjokkenmoddinger
Salah satu bukti adanya kehidupan manusia pada pra-aksara adalah ditemukannya kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa Denmark (kjokken= dapur, modding= sampah), secara harpiah diartikan sampah-sampah dapur. kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah tepi pantai. adanya kjokkenmoddinger menunjukkan telah adanya penduduk pantai yang tinggal dalam rumah-rumah yang bertonggak. Ditemukannya kjokkenmoddinger menunjukan manusia pra-aksara hidupnya tergantung dari hasil-hasil laut, seperti siput dan kerang. cara memakan siput itu dengan dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isi bagian kepalanya. Kulit-kulit siput itu tidak dimakan dan dibuang.Kulit-kulit siput dan kerang yang dibuang itu menumpuk selama ratusan atau ribuan tahun dan menjadi bukit kerang. Bukit-bukit inilah yang dinamakan kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger banyak ditemukannya di sepanjang pantai Sumatera Timur Laut, antara Aceh, Langsa, dan Medan. Pada kjokkenmoddinger itu ditemukan juga kapak genggam (pebble).

2) Abris Sous Rosche
Abris sous rosche merupakan gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Gua tersebut berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada manusia pra-aksara dari hujan dan panas. Alat-alat yang juga ditemukan di Abris Sous Rosche di antaranya alat-alat dari batu berupa ujung panah dan flakes, batu-batu penggiling, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan alat-alat dari logam (perunggu dan besi). Tulang belulang manusia pun ditemukan (jenis Papua-Melanesoide) dan binatang. Abris sous rosche banyak ditemukan di Gua Lawa dekat Sampung (Ponorogo, Madiun), Bojonegoro, dan Lamoncong (Sulawesi Selatan). Para peneliti yang mengadakan penelitian tentang hal ini, yaitu Stein Callenfels di Gua Lawa, van Heekeren di daerah Basuki, dan Fritz Sarasain dan Paul Sarasin di Lamoncong.

3) Gerabah
Gerabah berasal dari tanah liat yang dibakar. Cara pembuatannya sangat sederhana, yaitu tanah liat dibentuk dengan menggunakan tangan. Lama-lama cara pembuatan dengan tangan ini mengalami perkembangan. Tanah liat di simpan di atas meja yang menggunakan roda. Meja itu diputar untuk memperoleh bentuk yang lebih baik dan indah. Pada sisi gerabah itu mulai dihias dengan pola hias dan warna. Salah satu jenis hiasan pada gerabah ialah hiasan anyaman. Hiasan itu dibuat dengan menempelkan selembar anyaman atau tenunan pada gerabah yang masih basah. Setelah itu gerabah dijemur dan selanjutnya dibakar.

4) Kapak Persegi
Alat ini terbuat dari batu api dan ada juga yang dibuat dari chalcedon yang berbentuk sebuah bidang segi panjang atau berbentuk trapesium. Pengertian kapak di sini bukan hanya benda kapak saja, tetapi jenis alat lainnya yang memiliki berbagai ukuran dan berbagai keperluan, yaitu ukuran yang besar bernama beliung atau pacul, dan ukuran yang kecil bernama tarah yang berfungsi untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut memiliki tangkai yang diikatkan. Kemungkinan pembuatan kapak persegi ini dibuat dalam suatu tempat tertentu, dari tempat itu kemudian dibawa ke tempat-tempat lain untuk diperjualbelikan. Hal itu dapat dibuktikan dengan kapak persegi yang ditemukan di tempat-tempat lain yang tidak banyak terdapat sumber batu api. Kapak persegi banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Fungsi dari kapak persegi ini ada yang digunakan untuk bercocok tanam, pusaka pada upacara-upacara tertentu, dan alat penukaran karena uang belum dikenal.

5) Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena garis penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ukurannya ada yang berukuran besar dan kecil. Ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan ukuran kecil disebut kleinbeil. Kebudayaan kapak lonjong disebut pula kebudayaan Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua (Irian). Selain di Papua, jenis kapak ini ditemukan pula di daerah lainnya yaitu di Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak. Berdasarkan tempat ditemukannya kapak lonjong ini, dapat disimpulkan bahwa penyebaran alat ini dari timur, yaitu dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa terus ke timur.

6) Perhiasan
Manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mengenal hiasan. Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan berasal dari bahan-bahan yang mudah dicari di sekitar tempat tinggalnya. Bagi yang tinggal di daerah pantai, mereka membuat hiasan yang berasal dari kulit kerang. Ada pula hiasan yang terbuat dari terrakota, yaitu tanah liat yang dibakar seperti membuat gerabah. Sedangkan hiasan yang dibuat dari bahan batu berupa gelang, kalung dan beliung.

7) Pakaian
Manusia pada masa bercocok tanam diduga sudah mengenal pakaian. Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Bukti penemuan pakaian pada masa pra-aksara ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat lainnya.


Popular Posts