Alat yang dibuat dari batu masih kasar maka pada masa bercocok
tanam alat-alatnya sudah mulai halus. Berikut ini benda-benda yang dihasilkan
pada masa bercocok tanam, antara lain sebagai berikut.
a. Kjokkenmoddinger
Salah satu bukti adanya kehidupan manusia pada pra-aksara adalah
ditemukannya kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger adalah suatu
istilah yang berasal dari bahasa Denmark (kjokken= dapur, modding=
sampah), secara harpiah diartikan sampah-sampah dapur. kjokkenmoddinger banyak ditemukan di daerah tepi
pantai. adanya kjokkenmoddinger menunjukkan telah adanya penduduk pantai
yang tinggal dalam rumah-rumah yang bertonggak. Ditemukannya kjokkenmoddinger menunjukan manusia pra-aksara
hidupnya tergantung dari hasil-hasil laut, seperti siput dan kerang. cara
memakan siput itu dengan dipatahkan ujungnya, kemudian dihisap isi bagian
kepalanya. Kulit-kulit siput itu tidak dimakan dan dibuang.Kulit-kulit siput
dan kerang yang dibuang itu menumpuk selama ratusan atau ribuan tahun dan
menjadi bukit kerang. Bukit-bukit inilah yang dinamakan kjokkenmoddinger. Kjokkenmoddinger banyak ditemukannya di sepanjang
pantai Sumatera Timur Laut, antara Aceh, Langsa, dan Medan. Pada kjokkenmoddinger
itu ditemukan juga kapak genggam (pebble).
2) Abris Sous Rosche
Abris sous rosche merupakan gua-gua yang menyerupai
ceruk-ceruk di dalam batu karang. Gua tersebut berfungsi untuk memberikan
perlindungan kepada manusia pra-aksara dari hujan dan panas. Alat-alat yang
juga ditemukan di Abris Sous Rosche di antaranya alat-alat dari batu
berupa ujung panah dan flakes, batu-batu penggiling, kapak-kapak yang
sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dan alat-alat dari logam
(perunggu dan besi). Tulang belulang manusia pun ditemukan (jenis Papua-Melanesoide)
dan binatang. Abris sous rosche banyak ditemukan di Gua Lawa dekat
Sampung (Ponorogo, Madiun), Bojonegoro, dan Lamoncong (Sulawesi Selatan). Para
peneliti yang mengadakan penelitian tentang hal ini, yaitu Stein Callenfels di
Gua Lawa, van Heekeren di daerah Basuki, dan Fritz Sarasain dan Paul Sarasin di
Lamoncong.
3) Gerabah
Gerabah berasal dari tanah liat yang dibakar. Cara pembuatannya
sangat sederhana, yaitu tanah liat dibentuk dengan menggunakan tangan.
Lama-lama cara pembuatan dengan tangan ini mengalami perkembangan. Tanah liat
di simpan di atas meja yang menggunakan roda. Meja itu diputar untuk memperoleh
bentuk yang lebih baik dan indah. Pada sisi gerabah itu mulai dihias dengan
pola hias dan warna. Salah satu jenis hiasan pada gerabah ialah hiasan anyaman.
Hiasan itu dibuat dengan menempelkan selembar anyaman atau tenunan pada gerabah
yang masih basah. Setelah itu gerabah dijemur dan selanjutnya dibakar.
4) Kapak Persegi
Alat ini terbuat dari batu api dan ada juga yang dibuat dari chalcedon
yang berbentuk sebuah bidang segi panjang atau berbentuk trapesium.
Pengertian kapak di sini bukan hanya benda kapak saja, tetapi jenis alat
lainnya yang memiliki berbagai ukuran dan berbagai keperluan, yaitu ukuran yang
besar bernama beliung atau pacul, dan ukuran yang kecil bernama tarah yang
berfungsi untuk mengerjakan kayu. Alat-alat tersebut memiliki tangkai yang
diikatkan. Kemungkinan pembuatan kapak persegi ini dibuat dalam suatu tempat
tertentu, dari tempat itu kemudian dibawa ke tempat-tempat lain untuk
diperjualbelikan. Hal itu dapat dibuktikan dengan kapak persegi yang ditemukan
di tempat-tempat lain yang tidak banyak terdapat sumber batu api. Kapak persegi
banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, antara lain di Sumatera,
Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Fungsi dari kapak persegi ini ada yang digunakan untuk bercocok
tanam, pusaka pada upacara-upacara tertentu, dan alat penukaran karena uang
belum dikenal.
5) Kapak Lonjong
Kapak ini disebut kapak lonjong karena garis penampang
memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Bentuk kapaknya sendiri
bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di ujung
lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ukurannya ada yang berukuran besar dan
kecil. Ukuran yang besar disebut dengan walzeinbeil dan ukuran kecil
disebut kleinbeil. Kebudayaan kapak lonjong disebut pula kebudayaan
Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua (Irian).
Selain di Papua, jenis kapak ini ditemukan pula di daerah lainnya yaitu di
Seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa dan Serawak. Berdasarkan tempat ditemukannya kapak lonjong ini, dapat
disimpulkan bahwa penyebaran alat ini dari timur, yaitu dari daratan Asia ke
Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa terus ke timur.
6) Perhiasan
Manusia purba pada masa bercocok tanam sudah mengenal hiasan.
Bahan yang digunakan untuk membuat hiasan berasal dari bahan-bahan yang mudah
dicari di sekitar tempat tinggalnya. Bagi yang tinggal di daerah pantai, mereka
membuat hiasan yang berasal dari kulit kerang. Ada pula hiasan yang terbuat
dari terrakota, yaitu tanah liat yang dibakar seperti membuat gerabah.
Sedangkan hiasan yang dibuat dari bahan batu berupa gelang, kalung dan beliung.
7) Pakaian
Manusia pada masa bercocok tanam diduga sudah mengenal pakaian.
Pakaiannya terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang. Bukti penemuan pakaian
pada masa pra-aksara ditemukan di Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan beberapa
tempat lainnya.