Thursday, March 20, 2014

Perkembangan kehidupan masa praaksara di indonesia

Pada saat makanan (tumbuhan dan binatang) yang disediakan alam itu berlimpah maka tingkat kehidupan manusia pada waktu itu cukup berburu dan mengumpulkan makanan. Tetapi ketika bahan makanan mulai menipis dan tidak ada lagi, timbulahkemampuan manusia untuk mengolahnya. Perubahan yang terjadi pada alam ini, akan berpengaruh kepada kehidupan manusia. Mereka tidak lagi hidup berpindah-pindah (nomaden), tetapi mulai pada kehidupan yang menetap.
Berikut ini tahapan kehidupan manusia pada masa pra-aksara di Indonesia.

1. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Manusia pada masa ini sangat tergantung pada sumber daya alam. Kebutuhan hidup mereka ada pada alam. Agar dapat bertahan hidup, manusia pada masa ini berburu dan mengumpulkan makanan. Untuk itu tidak mengherankan jika mereka hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang ada sumber makanan. Binatang yang mereka buru, antara lain babi, rusa, burung atau menangkap ikan di sungai, danau dan pantai. Perburuan yang mereka lakukan di hutan-hutan, di sekitar daerah di mana mereka tinggal. Binatang yang berhasil ditangkap biasanya mereka bakar sebelum dimakan. Dengan demikian pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada masa ini sudah mengenal api. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan umbi-umbian atau tumbuh-tumbuhan yang bisa dimakan. alat-alat yang ditemukan pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, antara lain chopper. Alat yang terbuat dari batu ini berupa kapak genggam karena jenis kapak yang tidak bertangkai. Cara menggunakan kapak ini yaitu dengan cara digenggam dengan tangan.

2. Masa Bercocok Tanam
Pada awalnya kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang disediakan oleh alam. Tahap kehidupan ini ada pada masa berburu dan mengumpulkan makanan. Perkembangan selanjutnya, manusia mampu mengolah alam. Kemampuan awal mengolah alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masuk pada masa bercocok tanam.
Pada masa bercocok tanam, manusia pra-aksara memiliki kemampuan menyediakan makanan dalam jangka waktu tertentu. Manusia pra-aksara dapat menyediakan makanannya sendiri karena pada tahap ini, manusia mampu memproduksi tumbuh-tumbuhan dan mengembangbiakan binatang ternak. Manusia mampu menanam berbagai jenis tumbuhan yang semula tumbuh liar, seperti menanam padi dan umbi-umbian. Mereka dapat mengolah tumbuhantersebut sehingga dapat dimanfaatkan sebagai makanan.
Pada tahap bercocok tanam, tempat tinggal manusia tidak berpindah-pindah seperti halnya pada masa berburu dang mengumpulkan makanan. Pada masa bercocok tanam, manusia secara berkelompok sudah mulai hidup menetap. Mereka tidak perlu berpindah-pindah lagi karena persediaan makanan melalui bercocok tanam sudah tercukupi. Masa bercocok tanam manusia pra-aksara menghasilkan berbagai alat kehidupan. Alat-alat itu ada yang terbuat dari batu, tulang, dan kayu. Alat atau benda-benda yang terbuat dari batu pada masa bercocok tanam ini masuk dalam zaman mesolithikum (zaman batu pertengahan) dan neolithikum (zaman batu muda).

3. Masa Megalithikum
Kepercayaan masyarakat pada masa bercocok tanam merupakan perkembangan dari zaman masa berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa sebelumnya, manusia purba sudah mengenal kepercayaan yaitu berupa adanya penguburan. Pada masa becocok tanam kepercayaan masyarakat ini dibuktikan dengan ditemukannya bangunan-bangunanbatu besar atau disebut megalithikum.
Adapun bangunan-bangunan batu pada masa megalithikum antara lain sebagai berikut.
a) Menhir. Menhir berbentuk tiang atau tugu batu tunggal yang didirikan untuk menghormati roh nenek moyang. Menhir banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia seperti di Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan.
b) Dolmen. Dolmen adalah meja batu yang berkakikan menhir. Dolmen ini berfungsi sebagai tempat sesaji atau pemujaan kepada roh nenek moyang. Ada pula dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat yang didalamnya terdapat tulang belulang manusia, dan ada yang disertai dengan benda-benda lainnya seperti periuk, gigi binatang, dan porselen. Benda-benda ini disertakan sebagai bekal bagi yang meninggal.
c) Sarkopagus atau keranda. Bentuknya seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkopagus seperti juga dolmen yang berfungsi sebagai peti mayat, di dalamnya terdapat tulang belulang manusia bersama bekalnya. Sarkofagus banyak ditemukan di Bali.
d) Kubur batu. Kubur batu berfungsi sebagai peti mayat, hanya beda bentuknya. Kubur batu dibuat dari lempengan batu yang disusun menjadi peti. Kubur batu antara lain ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat dan Gilimanuk, Bali.
e) Punden berundak-undak. Bangunan batu ini tersusun secara bertingkat-tingkat. Biasanya pada punden     berundak-undak terdapat menhir. Fungsi bangunan ini sebagai tempat pemujaan. Punden berundak-undak antara lain ditemukan di Lebak Sibedug daerah Banten Selatan.
f) Waruga, yaitu kubur batu berbentuk kubus atau bulat, dibuat dari batu yang utuh. Waruga ditemukan di daerah Sulawesi Tengah dan Utara.
g) Arca. Arca-arca megalit menggambarkan binatang atau manusia. Binatang-binatang yang digambarkan ialah gajah, kerbau, harimau, dan monyet. Arca-arca seperti ini ditemukan antara lain di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung.

4. Masa Perundagian
Ciri utama zaman ini adalah adanya kemampuan pada masyarakat Indonesia dalam pengelolaan logam. Barang-barang yang digunakan menggunakan bahan dari logam. Barang-barang yang dihasilkan pada masa perundagian ini dengan cara dicetak. Proses pembuatan logam dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama yang disebut teknik bivolve. Dalam teknik yang pertama, yaitu dengan cara menggunakan cetakan-cetakan batu yang dapat dipergunakan berulang kali. Cetakan terdiri atas dua bagian yang diikat. Ke dalam rongga dalam cetakan dituangkan bijih besi yang sudah cair. Kemudian cetakan itu dibuka setelah logamnya mengering.
Cara kedua yaitu teknik a cire perdue. Proses pencetakan cara ini yaitu dengan membuat model benda dari lilin. Model benda dari lilin ini kemudian ditutup dengan tanah liat sampai tidak terlihat bentuknya. Setelah tertutup seluruhnya denganmenyisakan lubang kecil di ujungnya, tanah liat itu dibakar. Lilin akan mencair dan keluar dari lubang yang telah dibuat. Karena lilin mencair, tanah liat itu berongga. Bentuk rongga itu akan sama persis dengan bentuk lilin yang telah cair.
Benda-benda yang dihasilkan dari perunggu adalah sebagai berikut.
a) Nekara. Nekara adalah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Benda ini memiliki nilai seni yang tinggi, terdapat pola hias yang beraneka ragam.
b) Kapak Corong. Kapak ini terbuat dari logam, bentuknya yaitu bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah, sedangkan ke dalam corong itulah dimasukan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Sering pula disebut dengan kapak sepatu karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Di beberapa tempat di Indonesia ditemukan kapak corong, seperti di Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, Pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani. Ukuran kapak corong beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, ada yang besar memakai hiasan, ada yang pendek lebar, ada yang bulat, dan ada pula yang panjang satu sisinya. Kapak corong yang panjang satu sisinya disebut candrasa.
c) Bejana. Bejana perunggu adalah sebuah banda yang bentuknya mirip seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkai. Ditemukan di daerah Madura dan Sumatera. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.
d) Arca-arca Perunggu. Seni menuangkan cairan logam untuk membuat arca sudah berkembang pada masa ini. Bentuk patungnya beragam, ada bentuk manusia dan binatang.

e) Perhiasan. Perhiasan yang dibuat pada masa ini berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung dan bandul kalung. Benda-benda tersebut pada umunya tidak diberi pola hias.

Popular Posts